Tampilkan postingan dengan label Hobby. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hobby. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Oktober 2012

Don't Give Up

Don't give up!

Pasti kata-kata itu udah terdengar sering banget di telinga kalian. Kalimat yang hanya mengandung 3 kata, memiliki arti yang sangat indah. Saya memasang banner "Don't Give Up!" di blog saya, semata-mata sih sebenernya biar kalian bisa merenung dan membayangkan betapa kalimat pendek itu berarti besar.

Pasti hidup tuh nggak akan pernah luput dari kata menyerah atau putus asa. Kata itu pasti selalu saja terngiang-ngiang di kepala kita hampir setiap menitnya. 

Sebenarnya kalau kalian bener-bener yakin bisa, pasti bisa, kok, meraih kemenangan! Just believe! And say... DREAM AND SMILE!
If you like to copy...


gitagurl

Sabtu, 29 September 2012

Maroon 5 - Payphone Lyrics and Guitar Chord

Guitar Chord

         C                  G
I'm at a payphone trying to call home
          Em                D
All of my change I spent on you
               C
Where have the times gone
          G                        Em                D
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

       C
Yeah, I, I know it's hard to remember
G
The people we used to be
Em
It's even harder to picture
D
That you're not here next to me
C
You say it's too late to make it
G
But is it too late to try?
Em
And in our time that you wasted
D                           C
All of our bridges burned down

C              G
I've wasted my nights
                   Em
You turned out the lights
            D
Now I'm paralyzed
                    C                      G
Still stuck in that time when we called it love
             Em          D
But even the sun sets in paradise

         C                  G
I'm at a payphone trying to call home
          Em                D
All of my change I spent on you
               C
Where have the times gone
              G                    Em                D   
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?
 
              C         G
If happy ever after did exist
                 Em               D
I would still be holding you like this
          C                      G
All those fairytales are full of sh*t
                Em                D
One more stupid love song I'll be sick

C                               
You turned your back on tomorrow
G
Cause you forgot yesterday
Em
I gave you my love to borrow
D
But just gave it away
C
You can't expect me to be fine
G
I don't expect you to care
Em
I know I've said it before, but
D                         C
All of our bridges burned down

C              G
I've wasted my nights
                   Em
You turned out the lights
            D
Now I'm paralyzed
                      C                      G
Still stucked in that time when we called it love
             Em              D
But even the sun sets in paradise

         C                       G
I'm at a payphone trying to call home
          Em                D
All of my change I spent on you
               C         
Where have the times gone
          G                        Em                D
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

              C         G
If happy ever after did exist
                 Em               D
I would still be holding you like this
          C                      G
All those fairytales are full of sh*t
                Em                D
One more stupid love song I'll be sick
             C
Now I'm at a payphone...
[Wiz Khalifa]
                     Man work that sh*t
G
I'll be out spending all this money while you sitting round
Em                                           
Wondering why it wasn't you who came up from nothing
D
Made it from the bottom
Now when you see me I'm stunning
C           
And all of my cars start with the push up a button
G
Telling me the chances I blew up or whatever you call it
Em
Switched the number to my phone
So you never could call it
D
Don't need my name on my show
You can tell it I'm ballin'
C
Swish, what a shame could have got picked
G                                                 Em
Had a really good game but you missed your last shot
So you talk about who you see at the top
D
Or what you could've saw
But sad to say it's over for
C
Phantom pulled up valet open doors
G
Wiz like go away, got what you was looking for
Em
Now ask me who they want
                            D
So you can go and take that little piece of sh*t with you

         C                  G
I'm at a payphone trying to call home
          Em                D
All of my change I spent on you
               C
Where have the times gone
          G                        Em                D
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

              C          G
If happy ever after did exist
                 Em               D  
I would still be holding you like this
          C                      G
All those fairytales are full of sh*t
         Em                       D
One more stupid love song I'll be sick
             C
Now I'm at a payphone...

Sabtu, 19 Mei 2012

Sejarah Es Krim Sundae

Masih pagi, dan ini hari Minggu. Nah, ngomong-ngomong tentang hari Minggu, ada sebuah sejarah tentang hari Minggu nih, yaitu es krim Sundae! Dan juga... saya suka es krim *eh

Sundae adalah es krim sebagai hidangan penutup. Biasanya satu atau beberapa sendok es krim dengan tambahan sirup, buah, atau biskuit di atasnya. Tambahan Sundae atau biasa di sebut Topping bisa juga berupa: taburan kacang, whipped cream, agar-agar, daun mint, atau buah seperti cherry, pisang, atau strawberry.
 
Enak ya.... hiks.



Menurut Kamus Oxford Inggris, asal-usul istilah sundae tidak jelas. Berbagai daerah Amerika diklaim sebagai tempat kelahiran dari es krim sundae. Pengklaimnya termasuk Ithaca, New York, Two Rivers, Wisconsin; Plainfield, Illinois, Evanston, Illinois, New York City, New Orleans, Louisiana, Cleveland, Ohio dan Buffalo, New York.

Ada perdebatan antara Kota Ithaca dan Two Rivers mengenai memiliki hak untuk mengklaim gelar "tempat kelahiran sundae es krim." Ketika walikota Ithaca, Carolyn K. Peterson menyatakan hari untuk merayakan kotanya sebagai tempat kelahiran sundae itu, ia menerima kartu pos dari warga Two Rivers yang mengklaim bahwa kota merekalah tempat kelahiran sundae.

Dari banyak cerita tentang kelahiran sundae itu, ada satu tema yang kerap sama. Yaitu: makanan pengganti es krim biasa dihari minggu. Peter Bird menulis dalam The First Food Empire (2000) bahwa nama 'sundae' diadopsi dari larangan negara bagian Illinois untuk konsumsi es krim pada hari Minggu, karena es krim dengan topping yang menutupi atau menyamarkan produk utama tidak dianggap es krim. Karena es krim dengan topping disajikan di hari minggu (sunday), maka disebut sundae. Selain itu masih banyak versi lain dari asal-usul sundae.


Classic Sundae



Classic Sundae asli berupa es krim Vanilla dengan saus rasa atau sirup, krim kocok, dan ceri cheri diatasnya. Sundae ini biasanya dinamakan dari sirup rasa mereka, sundae ceri, sundae coklat, strawberry sundae dll Soft Serve es krim sering digunakan sebagai pengganti es krim biasa.


Hot Fudge Sundae
Hot fudge sundae adalah variasi dari Classic Sundae dan sering dibuat dari es krim vanili, taburan, saus cokelat panas (karena itu jadi "hot fudge"), kacang-kacangan whipped cream,, dan ceri merah terang tunggal cheri di atas.Hot fudge sundae dapat dibuat dengan rasa es krim. Sebuah es krim sundae karamel adalah sama kecuali bahwa saus karamel panas menggantikan hot fudge. Kadang-kadang selai kacang atau produk lain mengganti hot fudge.

Double Fudge Sundae
Ini seperti Hot Fudge Sundae biasa, kecuali itu dua kali lebih besar dan disajikan di piring besar seperti sepiring banana split. Double Fudge Sundae menggunakan bahan-bahan yang sama yang biasa digunakan hot fudge sundae, termasuk sprinkles, whipped cream, dan cherry cheri di atas.

Turtle Sundae
Kombinasi populer es krim vanili, hot fudge, dan saus karamel, dan biji pecan panggang dikenal sebagai Turtle Sundae.

Black&White

Sundae ini memiliki satu sendok es krim vanila dengan saus cokelat dan satu sendok es krim coklat dengan topping marshmallow.

Sundae Brownies

Sebuah es krim sundae yang dibuat dengan brownies, es krim vanili, sirup coklat, kacang, hot fudge, dan krim kocok, sering atasnya dengan cheri merah. Bisa juga mengganti brownies, seringkali dengan karamel.


Banana Split


Tiga sundae dalam satu, berdampingan antara dua bagian dari pisang,yang diiris memanjang. Termasuk es krim stroberi di atasnya dengan sirup strawberry, coklat es krim atasnya dengan sirup coklat, dan es krim vanili di atasnya dengan nanas. Setiap sendok dihiasi dengan whipped cream dan cherry.


Bananas Foster


Ini adalah sundae yang disajikan bersama pisang dengan rum, minuman keras, dan rempah-rempah.


American Parfait


Ini adalah sundae yang disajikan dalam gelas tinggi diisi dengan lapisan es krim dan bumbu, seperti granola, sirup, atau minuman.




Sumber : Kaskus


And now, what's your favorite?;)

gitagurl

Jumat, 18 Mei 2012

The History Of Piano

Grand piano, with white rose

Piano sendiri lahir dari keinginan untuk menggabungkan keindahan nada clavichord dengan kekuatan harpsichord. Hasrat itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony (1717), dan Christofori (1720) dari Padua, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil utuh dan lengkap cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori. Dari piano ciptaan pemelihara harpsichord dan spinet (harpsichord kecil) di Istana Florentine - kediaman Pangeran Ferdinand de’Medici - inilah piano modern berakar.
Pada pertengahan abad XVII piano dibuat dengan beberapa bentuk. Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai menjulang. Piano menjadi lebih rendah setelah John Isaac Hawkins memodifikasi letaknya menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya tuntutan instrumen musik lebih ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan lebih ringan, para pembuat piano Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini mendominasi penggunaan piano di rumah.
Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad XIX dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi kurang memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar tahun 1800 Joseph Smith dari Inggris membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya. Piano hasil inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga suara yang dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat menggunakan potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.

Notasi piano Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang, piano memiliki lima oktaf dan 62 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal. Semula pedal itu digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan di Inggris menjadi populer hingga sekarang.
Sejumlah pengembangan berlanjut pada abad XIX dan XX. Tegangan senar, yangg semula ditetapkan 16 ton pada tahun 1862, bertambah menjadi 30 ton pada piano modern. Hasilnya adalah sebuah piano dengan kemampuan menghasilkan nada yang tidak pernah dibayangkan Frederic Chopin, Ludwig van Beethoven, dan bahkan Franz Liszt.
Sebuah perkembangan nyata di abad XX (berawal di tahun 1930-an) adalah kehadiran piano elektronik (atau piano listrik), yang didasarkan pada teknologi elektroakustik atau metode digital. Nada suaranya terdengar melalui sebuah amplifier dan loudspeaker.
Dari sisi mutu suara, piano elektronik nyaris tak ada bedanya dengan piano biasa. Perbedaan terletak pada berbagai fitur yang melengkapinya. Fitur itu tentu tidak ada sama sekali dalam piano biasa. Misalnya, bisa dihubungkan dengan perangkat MIDI, komputer, alat rekam; memiliki pengatur volume, tusuk kontak untuk pendengar kepala; dan sebagainya.

gitagurl

Ada Masalah Dengan Bersepeda? (Ending)


            Bel pulang sekolah pun berdenting.
            Kami berdua mengayuh sepeda menuju pusat penyewaan sepeda Pak Suharjo, diikuti oleh teman-teman satu sekolahku. Semua pengguna motor terlihat takjub, dan beberapa ada yang memarkirkan motornya dan pergi menyewa sepeda di Pak Suharjo. Pak Suharjo sangat bahagia, sampai-sampai namanya masuk ke dalam beberapa koran karena artikel kami yang menceritakan betapa inginnya Pak Suharjo untuk menyegarkan bumi Indonesia.
            Kami berdua pulang lebih lama, karena kami diundang Pak Suharjo untuk makan siang bersama, dengan dessert kue buatan Ibu Hanifah.
            “Terima kasih, Nak. Berkat kalian, usaha bapak untuk membuat pengguna sepeda bertambah di Indonesia ini berjalan mulus. Bapak tak akan berhasil tanpa kalian.”Pak Suharjo pun memeluk kami berdua dengan erat, disusul dengan Ibu Hanifah.
            “Ini semua memang semata-mata akan terjadi walaupun kita tidak ada, Pak.”ucapku.
            Kami semua pun menyelesaikan makan siang dengan sangat bahagia. Jadi, menurut kami, tidak hanya orang dewasa saja yang dapat melindungi bumi ini. Maka itu, jangan segan-segan untuk menyelamatkan bumi kita ini. Mulailah dari hal yang paling kecil. Contohnya? Bersepeda!
gitagurl

Ada Masalah Dengan Bersepeda? (Part II)


            Kriiiiiiing...Kriiiiiiing...Kriiiiing...
            Bel pulang berdenting keras. Aku dan Risa langsung menuju ke belakang sekolah, dan mengambil sepeda sewaan kami, beranjak pergi dari sekolah.
            Jakarta menjadi lebih panas setelah kami pulang. Suhu panas menyengat tubuhku, seolah-olah membakar tubuhku di panggangan. Keringat mengalir dari dahiku, sehingga tak henti-hentinya aku mengelap dahiku dengan sapu tangan. Aku mengeluh terus-menerus di atas jok sepeda, dan Risa pun menghiburku dengan tawaannya yang membuatku kesal.
            “Aku setiap hari kepanasan, tuh.”ucap Risa pelan.
            “Hm... terserah kau saja, deh.”
            Aku pun terdiam kesal. Kira-kira 5 menit setelah itu, kami sampai di pusat penyewaan sepeda Pak Suharjo. Seperti tadi pagi, Pak Suharjo masih melahap habis isi koran yang sedang beliau tekuni.
            “Pak, kami sudah selesai menyewanya. Terima kasih, ya, Pak.”ucap Risa pelan.
            “Oh, ada kalian berdua! Ayo, mari, ke sini dulu! Saya hendak memberikan kue kepada kalian. Tadi istri saya memanggang kue. Semoga kalian suka!”Pak Suharjo mengacak-acak rambutku, lalu mengusapnya pelan.
            “Terima kasih, Pak. Tetapi kami hendak menuju tempat les. Mungkin lain kali memakan kuenya?”jelasku.
            “Begitu, ya? Baiklah, ini, saya berikan kuenya. Makan saja di tempat les-mu. Semoga beruntung.”
            Aku melambaikan tanganku pada Pak Suharjo dan istrinya, lalu meninggalkan pusat penyewaan sepeda itu. Sebelum kami ke tempat les, kami duduk di halte dan melahap kue dari Pak Suharjo. Rasa kue itu sangat lezat, sehingga aku memakannya lebih dari satu kali. Akhirnya, kami pun berjalan kaki ke tempat les kami berada.
            Sesampainya di sana, kami langsung mencari tempat duduk di ruangan kami yang cocok, lalu tak lama setelah itu guru kami pun datang. Sekitar dua jam kami mengenyam pendidikan di tempat les itu, kami pun langsung pulang ke rumah masing-masing.
            Aku langsung menjatuhkan diri ke kasur di kamarku, memeluk gulingku seraya terlelap tidur.
                       
***
            Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Suhu yang dingin dipagi hari menusuk tubuhku, dan aku pun menggigil. Rintik-rintik hujan membasahi jalanan di depan rumahku. Kilatan cahaya menyambar-nyambar di jalanan, membuat pagi terasa lebih suram.
            “Pak, hari ini saya naik sepeda ke sekolah–maksud saya, mulai hari ini.”jelasku pada supir.
            “Kenapa, Non?”tanyanya.
            “Jadi begini, loh, Pak. Kemarin, saya diajak teman saya untuk naik sepeda. Naik sepeda itu sangat menyehatkan buat tubuh, Pak. Maka itu, saya beranggapan naik sepeda akan sangat menyenangkan.”
            “Oh, begitu, ya. Non ini sangat cerdas, ya. Baiklah, nanti saya laporkan kepada bapaknya Non.”
            “Sebenarnya sudah sih, Pak. Tapi tak apa, lah.”
            Aku pun pergi meninggalkan supirku, seraya menyambar handuk yang tergantung di depan dapur. Aku berlari-lari kecil menuju kamar mandi. Yah, kupikir kau tahu aku sedang melakukan apa.
            Sekitar 30 menit aku menghabiskan waktu di dalam kamar mandi. Kemudian, aku pun memakai baju seragamku dan berjalan menuju meja makan. Di sana makanan sudah tertata rapi, jadi, aku tinggal melahapnya.
            “Wah, anak ayah rajin, ya, sekarang naik sepeda.”puji ayah.
            “Iya, Yah. Habisnya, aku ingin impian Pak Suharjo berjalan lancar. Aku ingin Indonesia penuh dengan sepeda-sepeda yang menyejukkan kota. Aku harap nggak ada lagi yang namanya kekurangan BBM di Indonesia.”
            “Oh iya? Impianmu bagus, Nak. Ayah akan bantu.”
            Aku tersentak. Aku tidak bermimpi, kan?! AYAHKU INGIN MEMBANTUKU. Benarkah? Hm... bantuan ayah akan sangat bagus.
            Setelah aku melahap habis roti yang sudah disiapkan ibu, aku pun berangkat sekolah. Aku berjalan menuju halte, dan menunggu Risa datang. Tak lama setelah aku mengirim pesan kepadanya lewat handphone, muncullah batang hidung Risa dari balik pohon rindang di kanan halte. Dia mengepang rambutnya, dengan balutan bandana di atas kepalanya. Hari ini Risa tampaknya begitu senang.
            Kami pun berjalan menuju pusat penyewaan sepeda Pak Suharjo. Kali ini, Pak Suharjo sedang menyapu halamannya. Saat kami masuk ke dalam ruangan koleksi sepedanya, Pak Suharjo pun langsung beranjak pergi dari halamannya, menawarkan sepedanya kepada kami berdua.
            “Wah, hari ini saya mau naik sepeda ontel saja, deh.”tukas Risa. Dia pun menarik gagang sebuah ontel dengan pelan, dan perlahan dia naik ke atas joknya.
            “Itu pilihan yang bagus, Nak.”komentar Pak Suharjo. “Bagaimana dengan Safira?”
            “Saya mau sepeda fixie, Pak.”
            Aku menaiki sepeda fixie itu dan perlahan mengayuhnya. Kami melambaikan tangan kami kepada Pak Suharjo dan istrinya. Dan sekali lagi, kami diberikan kue. Rupanya, istri Pak Suharjo adalah pemilik sebuah perusahaan kue yang laris. Pak Suharjo dan istrinya sudah mempunyai banyak cabang perusahaan kue di Indonesia. Komentar para pembeli kuenya selalu saja bagus. Sejak saat itu, aku juga berlangganan kue Ibu Hanifah.
            Suatu hari, setelah kami sudah berbulan-bulan berlangganan sepeda Pak Suharjo, kami mendapati hal yang sangat buruk.
            Kami sudah sangat cocok dengan sepeda koleksi Pak Suharjo. Kami tak segan menaruh sepeda di tempat parkir, karena kami berpikir tempat ini juga cukup aman. Tetapi, saat bel pulang berdenting keras, dan saat kami keluar dari kelas, kami mendapati rantai sepeda Pak Suharjo putus. Kami merasa sangat bersalah, dan kami pun agak sedih saat mengembalikan sepedanya.
            “Pak, kami minta maaf sebesar-besarnya, Pak...”pinta Risa.
            “Tidak apa-apa, Nak. Tidak apa-apa.”Pak Suharjo mengelus rambut Risa.
            “Tapi kami merusak sepeda favorit milik bapak,”aku terisak. “Kami telah membuat sepeda favorit bapak menjadi rusak.”
            “Tidak usah sedih, anak-anak. Ini toh hanya sepeda, besok kalian boleh menyewa sepeda dengan gratis. Itu bukan masalah.”Pak Suharjo tersenyum lebar kepada kami.
            Aku dan Risa sangat terpukul atas kejadian itu. Akhirnya, Risa  pun ikut ke rumahku sebelum dia kembali ke rumah. Kami ingin membuat Pak Suharjo bangga. Dan ini semua semata-mata untuk membalas budi kepada Pak Suharjo. Kami telah merusak sepeda favoritnya, yang harganya pasti sangat mahal untuk membelinya. Walaupun Pak Suharjo sama sekali bukan orang miskin, kami tetap ingin melakukan sesuatu kepadanya. Sesuatu yang akan membuatnya sangat senang.
            “Aku punya ide, Fir.”
            “Apa idemu? Beritahu aku saja! Aku harap idemu itu tidak sulit.”
            “Ya, sebenarnya agak sulit, sih,”jawab Risa. “Aku ingin kita membuat artikel tentang menggunakan sepeda, lalu menyindir tentang penggunaan mobil terus menerus. Aku juga ingin kita mengirimnya ke mading sekolah. Bagaimana?”
            “Siapa yang akan membuat artikelnya?”
            “Kita berdua, tentu saja. Siapa lagi?”
            Sejak saat itu, kami menjadi sangat sering berkumpul di rumahku. Kami berdua sibuk membuat artikel yang sangat menarik tentang penggunaan sepeda. Sampai akhirnya, kami berhasil membuat artikelnya menjadi seperti ini:

            Sepeda Untuk Kehidupan
            Dibuat oleh: Alyssa Dhyanita Safira & Arisa Katalina

            Kalian tahu nggak, sih, apa manfaat dari naik sepeda? Wuih, banyak BANGET! Salah satunya, kalian dapat mengurangi penggunaan bahan bakar. Lho, kok bisa? Tentu saja. Karena, di saat kita menggunakan sepeda, otomatis kita toh tidak menggunakan mobil, kan? Atau motor? Jadi, bahan bakar yang digunakan menjadi lebih sedikit. Apalagi, naik sepeda itu menyehatkan, lho. Badan kita jadi lebih segar, dan tulang kita menjadi lebih kuat. Nafas kita jadi teratur, dan jantung kita pun jadi sehat. Nah, coba deh, bedakan dengan menggunakan motor/mobil. Jadi, lebih baik kepanasan atau nggak sehat, nih??
            Naik motor/mobil itu menyebabkan pencemaran. Hm... pencemaran apa tuh? Ya tentu saja pencemaran udara! Kalau kita memakai motor/mobil, pastinya kita telah memproduksi banyak banget CO (Karbon monoksida), abis itu juga CO2 (Karbon dioksida) dan masih buanyaaaaaaaaaaaaaak lagi. Kalau CO2 diproduksi terus, bakal ada kumpulan karbon dioksida di langit, yang bakal menghasilkan ‘Efek Rumah Kaca’. Waduh! Cuma gara-gara pengen cepat sampai ke sekolah dapat menyebabkan mencairnya es di kutub? Nggak banget deh! Selain itu, kalau kita naik motor/mobil juga nggak menyehatkan tubuh, lho. Kita kan cuma duduk dan nggak bergerak. Iya gak?
            Nah, selain itu, kalau kalian mau naik sepeda juga gampang. Kalian bisa menyewa sepeda. Nggak usah beli! Gimana? Gampang banget kan! Kita (penulis) juga nggak beli sepeda, kok. Kita menyewa, lho. Ada tempat penyewaan yang benar-benar menarik banget, nih, di dekat halte Jln. Flora Raya. Cuma untuk informasi aja! Di sana ada fixie, lipat, sampai sepeda ontel. Wah, menarik banget tuh! Pemiliknya adalah Pak Suharjo. Beliau sangat berambisi untuk membuat sepeda menjadi tren masa depan. Kalian mau, kan, menjadi manusia yang sehat tanpa penyakit? Selain itu, menurut kita, sebaiknya kalian jangan terlalu mementingkan kulit yang bakal hitam kalau naik sepeda. Kulit hitam itu sehat, lho. Coba saja naik sepeda! Dijamin seru! Dan juga, jangan lupa tanam pohon di rumah kalian untuk mengurangi polusi, ya.
            Sampai jumpa di dunia penuh sepeda ;)
            Sesekali aku dan Risa menyelingi artikel ini dengan bahasa yang agak gaul, sesuai dengan umur kami. Kami pun sangat bersemangat untuk menempel artikel ini di mading sekolah.
            Keesokan harinya, kami berangkat ke sekolah bersama-sama seperti biasa. Tak lupa kami menyewa sepeda dari Pak Suharjo, dan Pak Suharjo pun tertawa karena kami sangat semangat untuk berangkat sekolah. Andai saja Pak Suharjo tahu bahwa kami hendak melariskan tempat penyewaannya...
            Sesampainya kami di mading, kami pun langsung menempel artikel yang sudah kami cetak tadi malam, dan tidak lupa kami selipkan gambar-gambar mengenai penggunaan sepeda dan kekurangan BBM di Indonesia.
            Setelah itu, kami pun memasukki ruangan kelas yang sudah ramai, dan mulai berbincang-bincang mengenai artikel buatan kami di mading. Aku meminta Elia, Rahma, dan teman-teman satu kelas lainnya untuk membaca artikel kami. Tetapi, saat mereka kembali ke kelas, wajah mereka terlihat kecewa. Aku bertanya-tanya apakah dia kecewa karena sudah menggunakan mobil sangat lama, atau...
            “Tidak ada artikel baru, Ris. Padahal aku ingin sekali membaca artikelmu.”keluh Rahma.
            “Apa yang terjadi dengan artikel kalian?”
            “Maksud kalian itu apa? Aku jelas-jelas menempel artikelnya, Rahma. Serius, deh.”yakinku pada Rahma. Tetapi dia malah membalasku dengan bibir yang mengerucut.
            “Kutunggu madingmu lusa.”dia pun terkekeh.
            Aku menyeringai kepadanya, dan langsung menarik tangan Risa untuk mengecek artikel. Aku pun terguncang saat aku hanya menemukan gambar-gambar yang tertempel. Itu memang gambar yang kami tempel. Tetapi artikel kami mana? Rasa amarah bergejolak di hatiku. Rasanya aku ingin meruntuhkan mading ini. Kenapa? Kenapa setiap niat baik kami kepada Pak Suharjo selalu saja terbalas oleh hal yang tidak-tidak? Kami sangat ingin membuktikan betapa bangganya kami atas impian mulia Pak Suharjo, dan kami ingin melancarkannya. Tetapi justru yang terjadi malah... orang-orang kecewa karena kami. Akhirnya, kami pun kembali mencetak artikel kami, dan akan menempelnya besok.
            Dan keesokan harinya, di saat kami hendak menempelnya di mading... rupanya aku dan Risa sama-sama lupa membawanya. Kami terlalu sibuk menambah gambar di artikelnya, sehingga kami pun sampai lupa tentang artikelnya. Aku dan Risa sama-sama kecewa, dan kami pun sama-sama berjanji akan menempelnya besok pagi.
            “Kuharap besok akan aman. Pak Suharjo akan sangat bangga pada kita.”
            Keesokan harinya.
            Hari ini pastilah hari yang benar. Aku sudah mengecek artikelku, dan jelas-jelas aku membawanya, diselipi foto-foto mengenai topik. Aku dan Risa sudah sangat tak sabar, dan saat kami sampai di sekolah, kami pun langsung menempel di mading. Tapi ada hal yang sangat janggal disini.
            Hal itu adalah...
            Banyak sekali sepeda bertebaran di tempat parkir.
            Aku dan Risa terlonjak kaget, dan kulihat setiap anak yang berjalan dihadapan kami selalu saja menyapa kami, dan mengucapkan, ‘kalian membuka hatiku’ atau ‘ucapan kalian sangat menyenangkan’ atau bahkan ‘kalian superhebat’, membuat kami merasa sangat bangga.
            Tiba saatnya kami masuk kelas. Saat kami duduk, aku melihat Lina dan Veronica mendekati kami. Aku pikir mereka hendak mengejekku, tapi ternyata aku salah.
            “Aku minta maaf, ya, Arisa, dan Safira. Aku telah memutuskan rantai sepeda Pak Suharjo itu–”
            “JADI ITU ULAHMU?!”gertak Risa.
            “–aku sangat menyesal... rasanya aku ingin sekali membalas budi, aku ingin membuat kalian dapat memaafkanku.”
            “Dan aku juga.”tukas Veronica.
            “Aku tak tahu, deh, apa yang bisa kalian buat.”balasku kesal.
            “Saat aku memutuskan rantainya, aku dan Veron pun membuntuti kalian berdua. Kami melihat begitu tulusnya ucapan minta maaf kalian kepada Pak Suharjo yang kau sebut-sebut itu orang yang sangat baik... Lalu kami pun mengetahui bahwa kalian akan membuat artikel–”
            “Kaulah yang mencuri artikel kami!”bentak Risa pelan.
            ”–a ... aku minta maaf.”Lina pun meneteskan air matanya. “Aku dan Veron berniat untuk mempublikasikan artikel kalian lebih luas lagi... jadi aku pun beranggapan bahwa ayah Veron bisa membantu.”
            “Ayahku adalah pemilik perusahaan koran ‘Remaja Pertiwi’, favorit anak remaja masa kini. Jadi, aku berharap ayahku mau mempublikasikan artikelmu di halaman depan.”Veronica ikut menangis. “Kami minta maaf.”
            “Selain itu, kami pun meminta ayahmu–lewat ayahku sebagai teman satu kantor ayahmu–untuk memasukkan gambar-gambar artikel ke dalam flashdisk-mu, yang sudah aku cari bersama Veron. Maaf karena baru memberitahumu sekarang.”
            Aku dan Risa saling tatap-tatapan, dan kami pun memutuskan untuk mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Lina dan Veronica. Berkat mereka, usaha kami berjalan mulus, dan berkat mereka, kami tidak lagi berpikiran negatif atas diri mereka sendiri.
gitagurl

Ada Masalah Dengan Bersepeda? (Part I)


            Matahari bersinar terik di depan mataku, menyilaukan penglihatanku. Debu berterbangan, menyapu jalanan yang penuh dengan mobil yang berjalan hilir mudik. Aku duduk di kursi halte, menunggu kendaraan memberi tumpangan padaku. Tak lama setelah itu, seorang anak berjalan ke hadapanku.
            “Hai, Fir. Belum berangkat sekolah?”anak itu tak lain adalah sahabatku sendiri–Arisa.
            “Eh, Risa. Berangkat bareng, yuk. Ini masalahnya dari tadi nggak ada taksi!”desahku kesal sambil merapikan rambut.
            “Jangan naik taksi, ah. Ayo naik sepeda bersamaku!”
            Arisa menarik tanganku pelan, membawaku ke sebuah tempat sewa sepeda. Lelaki separuh baya duduk manis di kursi goyang. Kertas koran menutupi wajahnya, sehingga agak sulit untuk melihat wajahnya yang sebenarnya. Aku terdiam di sudut ruangan, memilah-milah sepeda yang cocok. Ada berbagai macam sepeda di sana, dari sepeda ontel sampai sepeda lipat.
            “Pak?”aku menyapa lelaki yang wajahnya tertutup koran itu.
            “Ah, iya? Ada apa, Nak? Mau menyewa sepeda, ya? Aduh, maaf sekali tadi saya terlelap, habisnya jarang sekali orang mau menyewa sepeda. Mereka beranggapan bersepeda itu sama sekali membuat tubuh menjadi pegal, padahal menyehatkan.”lelaki itu berdiri. “Eh, Risa. Mau menyewa lagi?”
            “Iya nih, Pak. Saya juga bawa pelanggan baru. Namanya Safira.”
            Pak Suharjo tersenyum pelan kepadaku, lalu mengajak kami untuk melihat koleksi sepeda terfavoritnya. Dia bilang, sewa sepeda ini dahulu sangat laris, dan juga semua sepeda yang dia punya adalah sepeda kiriman dari anaknya di Jerman, yang bekerja di pabrik sepeda ternama di sana. Anaknya adalah orang sukses yang sedang menggeluti pembuatan sepeda. Anaknya sering mengajak Pak Suharjo untuk tinggal di Jerman, tetapi beliau selalu menolaknya karena mempunyai tekad besar untuk menurunkan penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) di Indonesia.
            “Nah, Safira, Risa, kalian boleh pilih yang mana saja. Gratis untuk hari ini.”
            Risa membelalak, dan langsung tersenyum lebar. Dia memilih sepeda fixie, dan aku memilih sepeda lipat. Kami berdua pun meninggalkan pusat penyewaan sepeda Pak Suharjo, mengayuh sepedanya dengan penuh semangat.
            “Ternyata, naik sepeda juga seru!”aku tertawa lega. Risa tersenyum lebar padaku, dan kami pun mengayuh sepeda lebih cepat agar tidak telat ke sekolah.
            Aku memandangi seluruh sudut kota Jakarta yang sangat panas ini. Aku membayangkan kota ini penuh dengan sepeda Pak Suharjo, sehingga BBM di Indonesia stoknya pun tidak mudah habis. Selain itu, aku juga merasa iba pada kota Jakarta yang semakin sakit, penuh dengan debu-debu yang berterbangan dengan kandungannya yang merusak tubuh kita. Andai saja impian Pak Suharjo berjalan lancar...
            Tak lama kemudian, kami sampai di gerbang sekolah. Kami mendapati bahwa seluruh tempat parkir sudah penuh dengan mobil dan motor, jadi kami menaruh sepeda Pak Suharjo di belakang sekolah. Kami beranggapan bahwa di situ sangat aman, dan juga, agar sepeda Pak Suharjo tetap mulus tanpa ada kerusakan setelah kami menyewanya.
            Di sekolah kami, kebanyakan anak berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor dan mobil. Kebanyakan berpikir naik sepeda hanya membuat kami semakin lelah dan tak konsentrasi belajar. Sebelum tadi pagi, aku berpikir begitu. Tetapi ternyata, naik sepeda justru menyegarkan. Seolah-olah polutan di Jakarta telah disapu habis oleh sepeda kami berdua. Walaupun panas, tetap saja menyenangkan.
            “Wah, nggak kebayang deh, anak yang paling sering naik mobil kok malah naik sepeda, ya?!”tiba-tiba Lina menepuk bahuku dari belakang. Amarah menggelayuti pikiranku, tapi Risa pun memberi isyarat padaku untuk diam.
            “Lalu, kamu punya masalah dengan ini?!”jawabku pelan.
            “Dimana tuh Alphard-mu? Diganti sama sepeda lipat, ya?!”celutuk Veronica–sahabat Lina–sambil tertawa.
            “Memangnya kalian tidak bosan naik mobil terus? Naik sepeda lebih seru, lho!”
            “Lebih baik naik fixie daripada motor-mu itu, Ver.”komentarku.
            Mereka menggerutu, dan meninggalkan kami berdua. Aku dan Risa tertawa keras, berniat untuk mengejek mereka. Apa masalahnya kalau naik sepeda? Toh memang menyenangkan, bukan?
            Lalu, kami pun memasukki ruangan kelas, sambil tetap tertawa karena kami telah membuat Lina dan Veronica mendengus kesal.

-TO BE CONTINUE-

gitagurl

Sabtu, 03 Maret 2012

Far East Movement - Live My Life (Feat. Justin Bieber)

Pasti kalian yang 'Belieber' atau ngefans lah... sama Far East Movement, ngejar lah, lagunya yang "Live My Life". Lagu ini emang enak banget, dan apalagi suaranya yang keren-keren. Ya pokoknya bener-bener pas banget buat di download. Ya, pokoknya selengkapnya denger sendiri aja yah~ :p

Kalo error ngeklik, bisa buka aja nih link dibawah:
gitagurl

Selasa, 14 Februari 2012

Dewa-dewi Olympia

Ok, sebenernya ini agak parah juga karena gue ngepost pas bener-bener lagi pada presentasi. Tapi... oke, gue dengerin kok~

Presentasi Sejarah *jengjengjengjeng*

Oh iya, btw sekarang gue lagi cinta suka banget sama Greek. Ya, ituloh, Percy Jackson. Hahaha gue suka bangeettt!!!
Nih ya, gue mau ngasih tau 13 dewa-dewi Olympia [yang gue suka di warnain biru B-)]
1. Zeus
2. Poseidon
3. Hermes
4. Hephaestus
5. Apollo
6. Ares
7. Dionysus
8. Hera
9. Hestia
10.Athena
11.Artemis
12.Demeter
13.Aphrodite

NB: Hestia nggak termasuk 12 dewa-dewi


Ya, ginilah yang gue suka. Haha, pokoknya gue suka bangeeett!!
Udahan ya, gue belajar off dulu~ Bye!
Komentar ya;)
gitagurl

Sabtu, 22 Oktober 2011

Chord Selena Gomez - Who Says


Intro : D Dsus2 D Dsus4 (x2) 
Wouldn't wanna be anybody else...  
D                   
You made me insecure 
Told me I wasn’t good enough 
Bm 
But who are you to judge 
When you’re a diamond in the rough 
G 
I’m sure you got some things 
You’d like to change about yourself 
D
But when it comes to me 
I wouldn’t want to be anybody else  
D 
Na na na na na na... 
Na na na na na na...  
Bm 
I’m no beauty queen 
I’m just beautiful me  
G 
Na na na na na na... 
Na na na na na na...  
D 
You’ve got every right 
A 
To a beautiful life 
C'mon  
Bm
Who says you’re not worth it Who says you’re the only one that’s hurting
G
Trust me That’s the price of beauty
D
Who says you’re not pretty
A
Who says you’re not beautiful
Who says

D Dsus2 D Dsus4

D
It’s such a funny thing How nothing’s funny when it’s you
Bm
You tell ‘em what you mean But they keep whiting out the truth
G
It’s like a work of art That never gets to see the light
D
Keep you beneath the stars
Won’t let you touch the sky

D
Na na na na na na...
Na na na na na na...
Bm
I’m no beauty queen
I’m just beautiful me
G
Na na na na na na...
Na na na na na na...
D
You’ve got every right
A
To a beautiful life
C'mon

[Chorus]
D
Who says Who says you’re not perfect
Bm
Who says you’re not worth it
Who says you’re the only one that’s hurting
G
Trust me That’s the price of beauty
D
Who says you’re not pretty
A
Who says you’re not beautiful
Who says

[Bridge]
D
Who says
Who says you’re not start potential
Who says you’re not presidential
Bm
Who says you can’t be in movies
Listen to me, listen to me
G
Who says you don’t pass the test
Who says you can’t be the best
D
Who said, who said
A
Won’t you tell me who said that Yeah, oh

[Chorus]

D
Who says Who says you’re not perfect
Bm
Who says you’re not worth it
Who says you’re the only one that’s hurting
G
Trust me That’s the price of beauty
D
Who says you’re not pretty
A
Who says you’re not beautiful Who says
[Chorus]

D

Who says 
Who says you’re not perfect
gitagurl
Cute Polka Dotted Pink Bow Tie Ribbon